Jumat, 30 Oktober 2020

KETETAPAN JIWA

Sakit tidak butuh waktu lama untuk sembuh jika cinta selalu hadir menyapa. Tapi terkadang cinta seakan tak berarti ketika ketetapan waktu tak sesuai dengan inginnya jiwa dan raga. Maka ketika penolakan terjadi, sakit yang seharusnya sudah tak lagi berarti malah makin menjadi jadi.

Realita kehidupan memang terkadang begitu kejam. Silih berganti menghujam jiwa. Ia hadir menggerogoti akhirnya raga melemah tak berdaya. Itulah ego yang tak bisa diapik. Kala ia terus menentang alam maka dia tetap akan kalah.

Kita ini siapa?

Kita ini hanyalah hamba. Yang tak punya kuasa untuk menolak takdir. Apalagi melawannya dengan keegoan. Tanpa sedikitpun berpasrah dengan suratan. Bahwa inilah ketetapan terbaik untuk kita saat ini. 

Hari ini mungkin tak kau temukan jawabannya. Tapi percayalah. Waktu selalu punya jawaban terindah dari setiap ketetapan yang kita anggap buruk sekalipun. Karena apa? Karena Tuhan sayang kita. Dengan segala ketetapan-Nya. Ia ingin kita, hambanya. Agar memiliki sifat sabar dan berbaik sangka dengan ketetapannya. Menerima segala suratannya. Karena sesungguhnya, penerimaan tersebut adalah bagian dari jihad seorang hamba kepada qada dan qadarnya. Bukankah engkau selalu meminta surga? Mungkin inilah salah satu jalan-Nya.

Rabu, 28 Oktober 2020

RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA GURU PENGGERAK

 

RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA

JUDUL MODUL         : ROLE MODEL

NAMA PESERTA       : TRY WAHYU SYAPUTRA, S.Pd., M.M.Pd

Latar Belakang

Salah satu yang melatar belakangi adalah masih kurangnya role model di lingkungan sekolah yang mampu menginspirasi, pun tata tertib yang masih terkesan sekadar kertas/papan terpampang, tetapi kurang aksi.

Tujuan

Meningkatkan kesadaran sedini mungkin yang tentu dimulai dari pendidik itu sendiri sebagai contoh dan penuntun bagi peserta didik ke arah lebih baik.

Tolak Ukur

Ketika peserta didik sudah mencontoh gurunya yang telah menjadi role model tadi, yakni dari kerapian berpakaian, bertutur kata baik, menjadi pendengar yang baik, suka menolong teman yang membutuhkan bantuan, mampu berkolaborasi di kelas dan lingkungan sekolah serta memiliki rasa tanggung jawab baik diri sendiri maupun kelompoknya.

Linimasa tindakan yang akan dilakukan

Hal yang pertama saya akan lakukan untuk menerapkan tindakan ini di kelas yakni menjadi pendengar yang baik yang lebih peka lagi dengan apa yang diinginkan peserta didik, yang kedua lebih memahami lagi karakter peserta didik baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya, ketiga menjadi rapi dari sebelumnya baik berpakaian dan kebersihan diri, keempat perbanyak senyum di depan peserta didik upaya ini dilakukan agar lebih mudah dalam menjalin komunikasi baik dengan peserta didik, dan yang kelima dan ini yang terpenting menurut saya ialah lebih mematangkan lagi mental, moral, emosional, dan spiritual dari seorang pendidik agar mendapatkan peserta didik yang mempunyai karakter budi luhur dan apa yang seperti diinginkan bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara.

Dukungan yang dibutuhkan

Dukungan dari penanggung jawab sekolah yakni kepala sekolah, rekan guru, rekan tenaga kependidikan, dan yang paling terpenting ialah dukungan penuh dari orang tua/ wali peserta didik yang dimana menjadi salah satu dari tripusat pendidikan itu sendiri.

MUAZZAM ZIKRI ALKHALIFI



Muazzam

Kata yang berarti hormat

Berharap pemiliknya memiliki kehormatan

Bukan untuk mendapat pujian manusia

Melainkan karena fitrah

Fitrah manusia untuk menghargai

Bukan berarti harus dihormati

Melainkan harus menghormati

Setiap perihal apa yang Tuhan tulis

Tentang kebijakan yang dilahirkan manusia

 

Zikri

Kata yang berarti mengingat

Berharap laku dalam kehidupan

Tak pernah lepas

Dari mengingat asal muasal keberadaan

Dan akan ke mana setelah ini

Lebih dari itu

Ingatan semoga tak pernah lepas

Kepada sejatinya ingatan

Di mana harus dilabuhkan

 

Alkhalifi

Kata yang berarti baik

Berharap menjadi insan

Yang memiliki adab dan akhlak yang baik

Memberi tanpa harus diminta

Memberi tanpa mengharap balas

Kecuali balas untuk janji

Kebaikan yang sudah dituliskan

Pada kalam-Nya

Surga ..

Selasa, 27 Oktober 2020

GURU DALAM PUISI

GURU OH GURU

Oleh : Try Wahyu Syaputra


Siapa aku tanpa ilmu

Siapa aku tanpamu, guru

Teladanmu ajarkan kisah

Meski kata tak berucap

Gerakmu kerap 

Menjadi teladan

Yang mungkin engkau tidak sadari


Kata yang seiya sekata

Dengan gerakmu

Terpatri dalam ingatan

Menjadi pedoman belajar

Budi baiknya adab dan akhlak

Pantaslah engkau atas

Penghormatan dan kemuliaan


Tutur katamu haluskan budi

Nasehatmu ku nanti

Ciptakan harapan

Tentang masa depan

Penuh cahaya


HAL POSITIF DARI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA DI BUDAYA MANDAR

Setelah membaca dan menonton video tentang pemikiran KHD hal-hal positif yang bisa diambil adalah :

  1. Sikap pantang menyerah dan kerja keras seperti yang dilihat dari perjuangan KHD yang selalu memperjuangkan pendidikan
  2. Menyadari pentingnya pentingnya pendidikan dan memberikan pelayanan terbaik kepada siswa
  3. Aktif dalam kegiatan bermasyarakat

        Adapun Intisari dari pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu tentang budi pekerti yang luhur, tentang bagaimana memberikan tauladan, motivasi dan contoh yang baik untuk anak anak. Adapun salah satu hal positif yang ingin diterapkan di sekolah atau di kelas yaitu Budaya Malaqbiq pau (bertutur kata yang sopan) malabiq gau (hal hal yang baik dalam diri) dan malaqbiq kedzo ( perilaku yang baik). Meskipun banyak tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan budaya ini karena diera sekarang ini seakan akan budaya nilai-nilai luhur telah tergerus dan sudah tidak diperdulikan oleh masyarakat. Sehingga ini menjadi tugas guru bagaimana agar supaya nilai-nilai dari Ki Hajar Dewantara ini dapat dimunculkan kembali dan diterapkan dalam kehidupan bermsyarakat. Adapun Langkah-langkah yang bisa diambil untuk menerapkan malaqbiq kedzo dilingkungan sekolah : 

  1. Memberikan contoh tingkah laku dan kebiasaan yang mulia dan penuh dengan kesopanan
  2. Menampilkan perilaku/tingkah laku yang selaras dengan perkataan dan perbuatan.
  3. Membimbing anak-anak dalam bertingkah laku dan bertutur kata sesuai dengan adat dan kebiasaan orang mandar, contoh menerapkan budaya tabe' di depan guru atau orang yang lebih tua baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
  4. Membimbing anak untuk tidak memotong pembicaraan sebelum lawan bicaranya selesai berbicara.
  5. Menantiasa mengucap salam dan bertegur sapa yang baik kepada teman maupun siapa saja yang ditemuinya

Setelah menerapkan  langkah langkah diatas diharapkan budaya malaqbiq kedzo ini dapat diterapkan oleh anak anak disekolah sehingga dapat membentuk karakter anak yang baik, sopan dan mandiri  dan mempunyai rasa tanggung jawab dan berbudi pekerti luhur.

 

 

PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA SESUAI BUDAYA DAERAH


    
    Hal – hal positif yang telah dipelajari dari pemikiran Ki Hajar Dewantara yang sesuai dengan budaya daerah yaitu bagaimana seorang guru menuntun dan membimbing siswa dengan hati yang ikhlas,
  tidak pernah menyerah  dalam  membina dan  mengarahkan siswa dalam memajukan pendidikan nasional,  serta  berparsipasi aktif baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat  dengan  membangun sebuah komitmen bersama yang tidak merugikan guru maupun murid, maupun masyarakat, memberi teladan yang baik dalam bertutur kata, bersikap dan bertingkah laku, sehingga unsur budaya mandar yang coba kami angkat dalam “Malaqbi” = Karakter yang baik, malaqbi  yang oleh orang mandar dikelompokkan menjadi   3 bagian yaitu :

  1. Malaqbi pau (Baik dalam bertutur kata) yakni  setiap orang dalam bertutur kata harus dengan etika dan adap tertentu, tidak menyama ratakan dalam bertutur kata dengan  siapa saja, misalnya cara bertutur kata dengan orang yang lebih tua dari kita akan berbeda dengan cara  a bertutur kata dengan orang yang sebaya dengan kita, begitu pula  dengan  cara bertutur kata dengan orang yang lebih muda  dari kita.
  2. Malaqbi gau (Baik  dalam bersikap) maksudnya orang harus menjaga sikapnya dalam menjalani setiap aktivitas dalam kehidupannya sehingga orang sekeliling kita merasakan manfaat dari sikap kita yang baik, dengan tidak menonjolkan sikap yang buruk yang nantinya dapat ditiru oleh siswa kita selaku generasi muda, pelanjut dan  pemimpin masa depan kita nanti.
  3. Malaqbi Kedo (Baik  dalam bertingkah laku), maksudnya bahwa dalam bertingkah laku dalam kehidupan harus mencerminkan kearifan budaya lokal daerah itu sendiri yang menjadi aset budaya  nasional kita  serta  diselaraskan dengan ajaran agama, sehingga segala tingkah laku kita bisa diterima di masyarakat dan dapat dijadikan teladan buat orang lain terutama kepada generasi muda milenial kita yang sudah dimasuki oleh peradaban asing  yang bersifat global yang sewaktu-waktu bisa menyerat mereka bertingkah laku yang melanggar budaya dan agama yang kita anut.

        Satu hal positif dari pemikiran Ki Hajar Dewantara yang akan diterapkan di kelas/disekolah kami yaitu :

  1.  Malaqbi pau (Baik dalam bertutur kata/berbicara) yakni  melarang siswa agar tidak membiasakan berbicara  atau memanggil kepada orang yang lebih tua seperti  guru, kepsek, staf, caraka dan satpam sekolah dengan kata “ i’o puang” yang  artinya “kamu pak/ibu”, tapi menggantinya dengan kata “ita puang” yang artinya “kita pak/ibu”. Selain itu juga seorang guru ketika memanggil  murid atau peserta didiknya “O ‘Ka’be” yang  artinya “Hai anakku” sehingga siswa kita merasa disayang serta dekat dengan sang guru, begitu juga dengan yang adik memangil ke kakaknya dengan panggilan “o’kaka” = Hai  Kakak, seorang kakak memanggil ke adiknya dengan panggilan “o’kandi” yang artinya “Hai adik”  selain itu tidak berbicara ketika seseorang berbicara utamanya saat orang yang lebih tua berbicara serta tidak memotong pembicaraan seseorang saat berbicara
  2.  Malaqbi gau (Baik dalam bersikap) dan Malaqbi kedo (baik dalam bertingkah laku) yakni mengatur cara, adab dan sikap dan tingkah laku dalam bergaul dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat mulai dari cara duduk, biasanya dengan duduk bersila, membungkukkan badan ketika lewat dikerumunan orang sambil mengucap permisi mau lewat, saling memberi salam saat bertemu, membudayakan bersalaman saat masuk atau keluar dari kelas maupun sekolah,  bersikap jujur  misalnya dengan kantin jujur, rajin belajar, rajin kerja tugas, disiplin dalam belajar dan hadir disekolah, dan lain-lain sehingga nantinya akan tercipta suatu keharmonisan dalam lingkungan kelas  terutama pada lingkungan  sekolah.

Tantangannya :

Anak didik kita memasuki zaman milenial dan global sehingga segala cara berbicara, bersikap dan bertingkah laku sudah terkontaminasi dengan budaya luhur bangsa ini.

Solusinya :

Memulai dari lingkungan keluarga dulu diajarkan bagaimana cara bertutur kata yang baik, di sekolah dibiasakan lagi untuk tetap bertutur kata yang baik pula, kalau di rumahnya anaknya tidak pernah ngaji maka disekolah diadakan ngaji bersama, selain itu juga jika dirumahnya tidak pernah shalat maka di sekolah di adakan kegiatan shalat jama’ah bersama, di rumah tidak dibiasakan salam dan salaman dengan orang tua, maka di sekolah sebelum masuk/pulang sekolah selalu salaman dengan bapak/ibu gurunya.

GURU DAN GLOBALISASI

Globalisasi ditandai oleh perkembangan yang semakin cepat di segala bidang kegiatan, begitu pula dalam kegiatan pendidikan. Globalisasi ini sangat mempengaruhi terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia sehingga diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas.

Sumber daya manusia unggul merupakan persyaratan utama bagi terwujudnya bangsa dan negara yang maju. Berapapun besar sumber daya alam, modal sarana prasaran yang tersedia, pada akhirnya di tangan sumber daya manusia yang handal sajalah target pembangunan bangsa dan negara dapat dicapai. Dalam perspektif berpikir seperti ini, suatu bangsa tak dapat mencapai kemajuan tanpa adanya suatu sistem pendidikan yang baik.

Pendidikan adalah modal dasar untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul. Dunia pendidikan yang utama adalah sekolah. Sekolah merupakan salah satu lembaga alternatif pelayanan pendidikan. Sekolah sebagai suatu lembaga tentunya memiliki visi, misi, tujuan dan fungsi.Untuk mengemban misi, mewujudkan visi, mencapai tujuan, dan menjalankan fungsinya sekolah memerlukan tenaga profesional, tata kerja organisasi dan sumber-sumber yang mendukung baik finansial maupun non finansial.


Sekolah sebagai suatu sistem memiliki komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain serta berkontribusi  pada pencapaian tujuan. Komponen-komponen tersebut adalah siswa, kurikulum, bahan ajar, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan lainnya, lingkungan, sarana, fasilitas, proses pembelajaran dan hasil atau output. Semua komponen tersebut harus berkembang sesuai tuntutan zaman dan perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Untuk berkembang tentunya harus ada proses perubahan. Pengembangan ini hendaknya bertolak dari hal-hal yang menyebabkan organisasi tersebut tidak dapat berfungsi dengan sebaik yang diharapkan.

Dalam konsepsi pengembangan kelembagaan tercermin adanya upaya untuk memperkenalkan perubahan cara mengorganisasikan suatu lembaga, struktur, proses dan sistem lembaga yang bersangkutan sehingga lebih dapat memenuhi misinya. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi pada lembaga sekolah harus meliputi seluruh komponen yang ada di  dalamnya.

Perubahan tersebut terjadi dalam struktur, proses, ketenagaan dan sistem suatu lembaga serta proses perubahan itu sendiri, menyangkut bagaimana sekolah sebagai lembaga diorganisasikan sehingga mampu mengemban misinya dengan baik. Dalam proses perubahan tersebut individu organisasi dan lembaga meningkatkan kemampuan dan performanenya sehubungan dengan tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Perubahan tidak akan berjalan tanpa dukungan dari sumber daya manusia yang merupakan asset yang dapat memberikan kontrbusi lebih dalam pencapaian tujuan organisasi.

Guru merupakan salah satu sumber daya manusia yang berada di sekolah. Kerja guru di sekolah mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan sekolah. Masalah kerja menjadi sorotan berbagai pihak, kerja pemerintah akan dirasakan oleh masyarakat dan kerja guru akan dirasakan oleh siswa atau orang tua siswa. Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai kerja yang baik. Perhatian pemerintah terhadap pendidikan sudah disosialisasikan, anggaran pendidikan yang diamanatkan Undang-Undang 20 % sudah mulai dilaksanakan.  Maka kerja guru tentunya akan menjadi perhatian semua pihak. Guru harus benar-benar kompeten dibidangnya dan guru juga harus mampu mengabdi secara optimal. Kerja guru yang optimal dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.

FILOSOFI PENDIDIKAN KHD GURU PENGGERAK

 

Modul 1.1.a.9. Koneksi Antar Materi

Nama                        : Try Wahyu Syaputra, S.Pd., M.M.Pd

Asal Sekolah            : SMP Negeri Tubbi

Kabupaten               : Polewali Mandar

Provinsi                    : Sulawesi Barat

 

Manusia memandang dan menyikapi apa yang terdapat dalam alam semesta bersumber dari beberapa faktor yang dominan dalam kehidupannya. Faktor itu boleh jadi berasal dari kebudayaan, filsafat, agama, kepercayaan, tata nilai masyarakat atau lainnya. Luasnya pandangan manusia tergantung pada faktor dominan yang mempengaruhinya. Seperti halnya pendidikan calon guru penggerak ini, hanyak hal yang tadinya saya anggap dominan dan baik diterapkan di sekolah nyatanya hal itu kurang tepat, seperti memberikan perintah dengan paksaan, memberikan tugas terlalu berat ke siswa dan lain-lain.

Alhamdulillah, setelah mempelajari tentang modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara selama kurang lebih sepekan ini banyak hal baik yang bisa saya teladani, dari menjadi among yang baik sampai memerdekaan belajar anak. Pendidik yang mampu mengolah cipta, rasa, karsa dan raga seorang anak secara seimbang tentu akan berujung pada terbentuknya pribadi-pribadi yang bijaksana serta berbudi pekerti luhur dan itu yang ini saya terapkan di sekolah saya nantinya.

Dalam waktu dekat ini saya ingin menerapkan salah satu dari konsep filosofi pendidikan KHD yakni menjadi seorang Role Model di kelas, sejatinya banyak opsi yang ini saya terapkan di sekolah tetapi karena pandemi COVID-19 hal tersebut saya pending dulu seperti membuat kelas bersih, pagi ceria, literasi dll. Di sekolah saya menerapkan mode Luring (Luar Jaringan) yang mana pada saat sekarang ini guru berkunjung ke rumah-rumah siswa untuk memberikan dan mengumpulkan tugas, jadi hal tepat yang saya akan terapkan dalam waktu dekat ini yakni Role Model/Panutan/Contoh.

Dibawah ini adalah bagan rancangan tindakannya :

 

CONTOH LAPORAN AKTUALISASI

          A.  Latar Belakang

Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagai mana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlunya dibangun karakter Aparatur Sipil Negara yang memiliki integritas, profesionalisme, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa yang tertuang dalam UU Ke 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Guru sebagai Pegawai Negeri Sipil yang merupakan bagian dari ASN harus mampu berperan sebagai pelayan publik (peserta didik). Tugas ASN sebagai pelayan publik meliputi beberapa bidang termasuk di dalamnya adalah bidang pendidikan. Guru sebagai salah satu profesi PNS  harus dilandasi oleh nilai-nilai dasar akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi untuk mengaktualisasikan tugas pokok dan fungsinya sesuai yang tercantum dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negeri (ASN).

Guru sebagai pendidik harus mampu mendidik peserta didik untuk bersikap bersih, rapi, dan religious. Baik di sekolah maupun luar sekolah. Oleh karena itu guru harus melakukan inovasi-inovasi di sekolah agar peserta didik dapat melakasanakan sikap tersebut di sekolah.

Kebersihan, kerapian, dan religius merupakan salah satu kunci sukses bagi kegiatan belajar peserta didik di sekolah, karena dengan itu maka setiap peserta didik akan menciptakan rasa nyaman serta aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi peserta didik lain yang berada di lingkungan sekolah. kebersihan, kerapian, dan religius tentu tidak akan muncul begitu saja pada diri peserta didik tanpa didasari dengan penegakan peraturan yang efektif oleh pihak guru sekolah, melalui penegakan peraturan yang berupa tata tertib sekolah secara baik dan benar.

Kebersihan, kerapian, sopan santun, dan religius di sekolah berorientasi pada kewajiban guru dalam mendidik peserta didik dengan menanamkan disiplin pribadi yaitu takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menyimak dan menyaksikan pemberitaan di media massa dan elektronik akhir-akhir ini menggambarkan bahwa tingkat kebersihan, kerapian, dan religius umumnya masih tergolong memprihatinkan. Kuantitas pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik semakin bertambah dari waktu ke waktu. Kegunaan atau pentingnya kebersihan, kerapian, religius dan disiplin bagi diri peserta didik, yaitu : 1) Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang 2) Membantu peserta didik memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan 3) menjauhkan peserta didik melakukan hal-hal yang melanggar aturan sekolah 4) mendorong peserta didik melakukan hal yang baik dan benar 5) peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Dalam pelaksanaan kegiatan di sekolah aturan yang berlaku di sekolah berupa penerapan untuk menjiwai nilai-nilai kebersihan, kerapian, dan religius di lingkungan sekolah.

B.  Tujuan Aktualisasi

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan aktualisasi dan habituasi yaitu agar peserta mampu:

1.        Mewujudkan akuntabilitas dalam melaksanakan tugas dan jabatannya;

2.        Mengedepankan kepentingan umum dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya;

3.        Menjunjung tinggi standar etika publik dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya;

4.        Mewujudkan inovasi untuk peningkatan mutu pelaksanaan tugas dan jabatan;

5.        Mendukung program anti korupsi yang diimplementasikan di tempat habituasi; dan

6.        Sebagai ASN turut berperan dalam Whole of government (wog) serta meningkatkan pelayanan publik yang turut berkontribusi dengan visi misi organisasi.

C.  Ruang Lingkup

Proses penulisan rancangan aktualisasi ini dibatasi pada kegiatan yang melingkupi nilai-nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti korupsi serta nilai Pelayanan Publik, Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Whole of Government (WOG). Kegiatan rancangan aktualisasi dan habituasi ini akan dilaksanakan  di SMP Negeri Tubbi.

Profil Pelajar Pancasila "KEBINEKAAN GLOBAL"

 

KEBHINEKAAN GLOBAL

        Profil Pelajar Pancasila adalah implementasi dari program penguatan karakter yang  selama ini telah digaungkan dalam dunia pendidikan Indonesia. Tujuan utamanya adalah Pelajar Indonesia menjadi pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

            Salah satu dari profil Pelajar Pancasila adalah ‘Kebhinekaan Global’ yang diartikan sebagai perasaan/sikap menghormati keberagaman atau mencintai toleransi terhadap segala jenis perbedaan yang ada. Profil Kebhinekaan Global tentu bukan hal baru, karena Semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang telah diagungkan dan diagungkan sejak dulu, seyogyanya adalah satu bagian utuh yang sama. Kebhinekaan merupakan kharakteristik yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang multikultur atau heterogen. Penambahan kata global kemudian menjadi pengembangan bahwa kesadaran tentang nilai-nilai kebhinekaan terus berkembang mengikuti zaman. Pelajar kita hidup di zaman yang penuh kompetisi, oleh karenanya penanaman nilai-nilai kebhinekaan harus diterapkan sejak dini, sehingga terbentuk pribadi-pribadi berkarakter yang siap bersaing tidak hanya di kancah lokal, namun juga di kancah internasional.

          Pemeliharaan kebhinekaan masyarakat Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh elemen masyarakat termasuk lembaga pendidikan (sekolah). Sekolah memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai kebhinekaan atau pendidikaan multikulturalisme kepada siswa agar muncul kesadaran betapa pentingnya nilai-nilai kebhinekaan bagi masyarakat yang kaya keberagaman. Dengan adanya kesadaran tentang nilai-nilai kebhinekaan yang diajarkan sejak dini, maka setiap pelajar kita akan memiliki kepekaan dalam menghadapi gejala-gejala dan masalah-masalah sosial yang berakar pada perbedaan suku, ras, agama, dan tata nilai yang terjadi di lingkungan masyarakat.

        Yang dilakukan untuk mencapai profil pelajar pancasila yang berkebhinekaan global adalah penanaman nilai-nilai kebhinekaan sejak dini, yaitu nilai-nilai yang mengajarkan tentang menghormati, solidaritas/kekeluargaan, kesetaraan, toleransi, dan hal-hal baik lainnya yang dimulai dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Pelajar dibekali pengetahuan tentang sejarah, juga diberi kebebasan terkontrol dalam mengeksplor media untuk menambah pengetahuan tentang dunia. Sesuai dengan jargon “Think globally, act locally". 

         Masa terus berjalan, generasi pun berbeda, sikap dan karakteristiknya terus berkembang. Di tengah media yang terbuka lebar, genarasi millennial sekarang cenderung mencari jati diri yang mereka inginkan. Dengan faktor lingkungan, teman, serta media sosial membuat generasi millennial sekarang cenderung labil dan mudah terombang-ambing atas gelombang pemikiran yang tidak jelas arahnya. Perbedaan-perbedaan terkadang menjadi gesekan yang menyebabkan bentrok. Segala aspek penuh kompetisi. Itu mengapa konsep kebhinekaan global ini perlu ditanamkan agar keselarasan serta keutuhan tetap terjaga dan generasi kita siap menjadi pribadi-pribadi unggul secara lokal maupun global. 

       Untuk mencapainya, maka teori harus disertai praktik nyata. Role model harus tidak hanya dari rumah, tapi juga di sekolah. Hal-hal sederhana yang kemudian mengakar menjadi kebiasaan akan menjadi budaya baik yang tertanam dalam setiap pribadi anak, sebagai contoh :

  1. Saling menghormati dan tidak membeda-bedakan teman yang berbeda suku, bahasa maupun agama.
  2. Menghormati setiap perbedaan dalam berpendapat.
  3. Menjaga lisan dan laku terhadap sesama.
  4. Mau terbuka pada setiap kritik dan saran yang membangun.
  5. Mendorong dan memberikan semangat kepada siswa

       Seluruh pihak yang terkait dalam perkembangan tumbuh kembang anak tentu akan bersumbangsih. Mulai dari keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat di mana ia belajar dan bertumbuh. Terkhusus Orang tua dan pihak skeolah sekiranya menjaga hubungan komunikasi yang baik dalam mengontrol pergaulan dan belajar anak. Memberikan mereka akses seluas-luasnya dalam melakukan proses pembelajaran bermakna, tetapi tetap berperan menjadi filter dan controller dalam setiap informasi yang diakses sang anak

Malabiq dalam Pendidikan di Mandar

 


1.    Menurut konsep pemikiran KHD bahwa pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih dalam masyarakat. Benih yang dimaksud adalah anak. Sehingga pendidik diharapkan mampu ‘menuntun’ tumbuh atau hidup seorang anak dengan memaksimalkan seluruh kekuatan kodrat yang ada padanya. Pendidik yang mampu mengolah cipta, rasa, karsa dan raga seorang anak secara seimbang tentu akan berujung pada terbentuknya pribadi-pribadi yang bijaksana serta berbudi pekerti luhur.

Jika pemikiran ini direlevansikan dengan konsep budaya daerah, maka akan didapatkan banyak nilai-nilai luhur yang selaras, seperti budaya Tabe’, Siasayanggi, Siwali parri, Sipakatau, dsb.  Jika dirangkum dalam satu kata baik, maka kata ‘MALAQBIQ’ sekiranya dapat menjadi cerminan dari keseluruhan karakter baik tersebut.

Malaqbi adalah merupakan sebuah kata yang memiliki makna mulia serta bermartabat yang menggambarkan harkat dan kedudukan yang tinggi dan merupakan nilai kearifan lokal yang dijunjung oleh masyarakat Sulawesi Barat pada umumnya dan Polewali Mandar pada khususnya. unsur budaya mandar yang coba kami angkat dalam kali ini adalah “Malaqbi” (Karakter yang baik), malaqbi oleh orang mandar dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu: Malaqbi Pau (Baik dalam bertutur kata, Tutur kata yang sopan dan santun), Malaqbi Gau (Baik dalam bersikap, Hal-hal baik yang terdapat dalam setiap diri), dan Malaqbi Kedzo (Baik dalam bertingkah laku, Perilaku/perbuatan baik dalam merespon hal-hal yang terjadi di sekitarnya).

2.      Budaya Malaqbi tidak hanya berlaku dalam lingkungan masyarakat daerah, tetapi dapat diterapkan secara khusus dalam konteks lingkungan sekolah atau kelas. Setiap nilai utama dalam Malaqbi tercermin dalam visi misi sekolah yang dapat kita lihat dari penerapan karakter baik dalam setiap kegiatan yang dilakukan di sekolah. Contoh konkrit:

-            (Malaqbi Pau), Peserta didik diajarkan, membiasakan menggunakan kata tabe’, tidak memotong pembicaraan seenaknya, atau saling mengucapkan salam saat bertemu, setiap orang dalam bertutur kata harus dengan etika dan adab tertentu, tidak menyama ratakan dalam bertutur kata dengan  siapa saja, misalnya cara bertutur kata dengan orang yang lebih tua dari kita akan berbeda dengan cara  bertutur kata dengan orang yang sebaya dengan kita, begitu pula  dengan  cara bertutur kata dengan orang yang lebih muda  dari kita. Contoh : melarang siswa agar tidak membiasakan berbicara  atau memanggil kepada orang yang lebih tua seperti  guru, kepsek, staf, caraka dan satpam sekolah dengan kata “ i’o puang” yang  artinya “kamu pak/ibu”, tapi menggantinya dengan kata “ita puang” yang artinya “kita pak/ibu”. Selain itu juga seorang guru ketika memanggil  murid atau peserta didiknya “O ‘Ka’be” yang  artinya “Hai anakku” sehingga siswa kita merasa disayang serta dekat dengan sang guru, begitu juga dengan yang adik memangil ke kakaknya dengan panggilan “o’kaka” = Hai  Kakak, seorang kakak memanggil ke adiknya dengan panggilan “o’kandi” yang artinya “Hai adik”  selain itu tidak berbicara ketika seseorang berbicara utamanya saat orang yang lebih tua berbicara serta tidak memotong pembicaraan seseorang saat berbicara

-           (Malaqbi Gau), Mampu bertoleransi, memotivasi dan taat pada aturan yang berlaku maksudnya orang harus menjaga sikapnya dalam menjalani setiap aktivitas dalam kehidupannya sehingga orang sekeliling kita merasakan manfaat dari sikap kita yang baik, dengan tidak menonjolkan sikap yang buruk yang nantinya dapat ditiru oleh siswa kita selaku generasi muda, pelanjut dan  pemimpin masa depan kita nanti.

-                           (Malaqbi Kedzo), Menjaga perilaku santun seperti tidak melakukan bully atau perbuatan kasar terhadap sesama, maksudnya bahwa dalam bertingkah laku dalam kehidupan harus mencerminkan kearifan budaya lokal daerah itu sendiri yang menjadi aset budaya  nasional kita  serta  diselaraskan dengan ajaran agama, sehingga segala tingkah laku kita bisa diterima di masyarakat dan dapat dijadikan teladan buat orang lain terutama kepada generasi muda milenial kita yang sudah dimasuki oleh peradaban asing  yang bersifat global yang sewaktu-waktu bisa menyerat mereka bertingkah laku yang melanggar budaya dan agama yang kita anut. Adapula mengatur cara, adab dan sikap dan tingkah laku dalam bergaul dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat mulai dari cara duduk, biasanya dengan duduk bersila, membungkukkan badan ketika lewat dikerumunan orang sambil mengucap permisi mau lewat, saling memberi salam saat bertemu, membudayakan bersalaman saat masuk atau keluar dari kelas maupun sekolah,  bersikap jujur  misalnya dengan kantin jujur, rajin belajar, rajin kerja tugas, disiplin dalam belajar dan hadir di sekolah, dan lain-lain sehingga nantinya akan tercipta suatu keharmonisan dalam lingkungan kelas  terutama pada lingkungan  sekolah.

3.      Namun, dalam penerapan budaya baik ini tentu akan berhadapan dengan banyak tantangan. Tantangan globalisasi yang terus berkembang pesat semakin mengikis penerapan Malaqbiq itu sendiri. Termasuk salah satunya adalah masih kurangnya role model di lingkungan sekolah yang mampu menginspirasi, pun tata tertib yang masih terkesan sekadar kertas/papan terpampang, tetapi kurang aksi. dan adapun anak didik kita telah memasuki zaman milenial sehingga cara berbicara, bersikap dan bertingkah laku sudah terkontaminasi dengan budaya luhur bangsa ini. tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya bangsa.

Salah satu solusi terbaik yang diharapkan adalah meningkatkan kesadaran sedini mungkin yang tentu dimulai dari pendidik itu sendiri sebagai contoh dan penuntun bagi peserta didik kearah lebih baik. dan yang paling terpenting ialah memulai dari lingkungan keluarga dulu diajarkan bagaimana cara bertutur kata yang baik, di sekolah dibiasakan lagi untuk tetap bertutur kata yang baik pula, kalau di rumahnya anak didiknya tidak pernah mengajii bagi yang muslim maka di sekolah diadakan mengaji bersama, selain itu juga jika di rumahnya tidak pernah shalat maka di sekolah di adakan kegiatan shalat jama’ah bersama, di rumah tidak dibiasakan salam dan salaman dengan orang tua, maka di sekolah sebelum masuk/pulang sekolah selalu salaman dengan bapak/ibu gurunya.