KEBHINEKAAN GLOBAL
Profil Pelajar Pancasila adalah implementasi dari program penguatan karakter yang selama ini telah digaungkan dalam dunia pendidikan Indonesia. Tujuan utamanya adalah Pelajar Indonesia menjadi pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
Salah satu dari profil Pelajar Pancasila adalah ‘Kebhinekaan Global’ yang diartikan sebagai perasaan/sikap menghormati keberagaman atau mencintai toleransi terhadap segala jenis perbedaan yang ada. Profil Kebhinekaan Global tentu bukan hal baru, karena Semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang telah diagungkan dan diagungkan sejak dulu, seyogyanya adalah satu bagian utuh yang sama. Kebhinekaan merupakan kharakteristik yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang multikultur atau heterogen. Penambahan kata global kemudian menjadi pengembangan bahwa kesadaran tentang nilai-nilai kebhinekaan terus berkembang mengikuti zaman. Pelajar kita hidup di zaman yang penuh kompetisi, oleh karenanya penanaman nilai-nilai kebhinekaan harus diterapkan sejak dini, sehingga terbentuk pribadi-pribadi berkarakter yang siap bersaing tidak hanya di kancah lokal, namun juga di kancah internasional.
Pemeliharaan kebhinekaan masyarakat Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh elemen masyarakat termasuk lembaga pendidikan (sekolah). Sekolah memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai kebhinekaan atau pendidikaan multikulturalisme kepada siswa agar muncul kesadaran betapa pentingnya nilai-nilai kebhinekaan bagi masyarakat yang kaya keberagaman. Dengan adanya kesadaran tentang nilai-nilai kebhinekaan yang diajarkan sejak dini, maka setiap pelajar kita akan memiliki kepekaan dalam menghadapi gejala-gejala dan masalah-masalah sosial yang berakar pada perbedaan suku, ras, agama, dan tata nilai yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Yang dilakukan untuk mencapai profil pelajar pancasila yang berkebhinekaan global adalah penanaman nilai-nilai kebhinekaan sejak dini, yaitu nilai-nilai yang mengajarkan tentang menghormati, solidaritas/kekeluargaan, kesetaraan, toleransi, dan hal-hal baik lainnya yang dimulai dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Pelajar dibekali pengetahuan tentang sejarah, juga diberi kebebasan terkontrol dalam mengeksplor media untuk menambah pengetahuan tentang dunia. Sesuai dengan jargon “Think globally, act locally".
Masa terus berjalan, generasi pun berbeda, sikap dan karakteristiknya terus berkembang. Di tengah media yang terbuka lebar, genarasi millennial sekarang cenderung mencari jati diri yang mereka inginkan. Dengan faktor lingkungan, teman, serta media sosial membuat generasi millennial sekarang cenderung labil dan mudah terombang-ambing atas gelombang pemikiran yang tidak jelas arahnya. Perbedaan-perbedaan terkadang menjadi gesekan yang menyebabkan bentrok. Segala aspek penuh kompetisi. Itu mengapa konsep kebhinekaan global ini perlu ditanamkan agar keselarasan serta keutuhan tetap terjaga dan generasi kita siap menjadi pribadi-pribadi unggul secara lokal maupun global.
Untuk mencapainya, maka teori harus disertai praktik nyata. Role model harus tidak hanya dari rumah, tapi juga di sekolah. Hal-hal sederhana yang kemudian mengakar menjadi kebiasaan akan menjadi budaya baik yang tertanam dalam setiap pribadi anak, sebagai contoh :
- Saling menghormati dan tidak membeda-bedakan teman yang berbeda suku, bahasa maupun agama.
- Menghormati setiap perbedaan dalam berpendapat.
- Menjaga lisan dan laku terhadap sesama.
- Mau terbuka pada setiap kritik dan saran yang membangun.
- Mendorong dan memberikan semangat kepada siswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar