1. Menurut konsep pemikiran KHD bahwa pendidikan adalah tempat persemaian
benih-benih dalam masyarakat. Benih yang dimaksud adalah anak. Sehingga
pendidik diharapkan mampu ‘menuntun’ tumbuh atau hidup seorang anak dengan
memaksimalkan seluruh kekuatan kodrat yang ada padanya. Pendidik yang mampu
mengolah cipta, rasa, karsa dan raga seorang anak secara seimbang tentu akan
berujung pada terbentuknya pribadi-pribadi yang bijaksana serta berbudi pekerti
luhur.
Jika pemikiran ini direlevansikan dengan konsep budaya daerah, maka akan
didapatkan banyak nilai-nilai luhur yang selaras, seperti budaya Tabe’,
Siasayanggi, Siwali parri, Sipakatau, dsb. Jika dirangkum dalam satu kata baik, maka kata
‘MALAQBIQ’ sekiranya dapat menjadi cerminan dari keseluruhan karakter baik
tersebut.
Malaqbi adalah merupakan sebuah kata yang memiliki makna mulia serta
bermartabat yang menggambarkan harkat dan kedudukan yang tinggi dan merupakan nilai
kearifan lokal yang dijunjung oleh masyarakat Sulawesi Barat pada umumnya dan
Polewali Mandar pada khususnya. unsur budaya mandar yang coba kami angkat dalam
kali ini adalah “Malaqbi” (Karakter yang baik), malaqbi oleh orang mandar
dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu: Malaqbi Pau (Baik dalam bertutur kata,
Tutur kata yang sopan dan santun), Malaqbi Gau (Baik dalam bersikap, Hal-hal
baik yang terdapat dalam setiap diri), dan Malaqbi Kedzo (Baik dalam bertingkah
laku, Perilaku/perbuatan baik dalam merespon hal-hal yang terjadi di
sekitarnya).
2. Budaya Malaqbi tidak hanya berlaku dalam lingkungan masyarakat daerah,
tetapi dapat diterapkan secara khusus dalam konteks lingkungan sekolah atau
kelas. Setiap nilai utama dalam Malaqbi tercermin dalam visi misi sekolah yang
dapat kita lihat dari penerapan karakter baik dalam setiap kegiatan yang
dilakukan di sekolah. Contoh konkrit:
- (Malaqbi Pau), Peserta didik diajarkan, membiasakan menggunakan kata tabe’, tidak memotong
pembicaraan seenaknya, atau saling mengucapkan salam saat bertemu, setiap orang
dalam bertutur kata harus dengan etika dan adab tertentu, tidak menyama ratakan
dalam bertutur kata dengan siapa saja,
misalnya cara bertutur kata dengan orang yang lebih tua dari kita akan berbeda
dengan cara bertutur kata dengan orang
yang sebaya dengan kita, begitu pula
dengan cara bertutur kata dengan
orang yang lebih muda dari kita. Contoh
: melarang
siswa agar tidak membiasakan berbicara
atau memanggil kepada orang yang lebih tua seperti guru, kepsek, staf, caraka dan satpam sekolah
dengan kata “ i’o puang” yang artinya “kamu
pak/ibu”, tapi menggantinya dengan kata “ita puang” yang
artinya “kita pak/ibu”. Selain itu juga seorang guru ketika
memanggil murid atau peserta didiknya “O
‘Ka’be” yang artinya “Hai anakku”
sehingga siswa kita merasa disayang serta dekat dengan sang guru, begitu
juga dengan yang adik memangil ke kakaknya dengan panggilan “o’kaka” =
Hai Kakak, seorang kakak
memanggil ke adiknya dengan panggilan “o’kandi” yang artinya “Hai
adik” selain itu tidak berbicara
ketika seseorang berbicara utamanya saat orang yang lebih tua berbicara serta
tidak memotong pembicaraan seseorang saat berbicara
- (Malaqbi Gau), Mampu bertoleransi, memotivasi dan taat pada aturan yang berlaku
maksudnya orang harus menjaga sikapnya dalam menjalani setiap aktivitas dalam
kehidupannya sehingga orang sekeliling kita merasakan manfaat dari sikap kita
yang baik, dengan tidak menonjolkan sikap yang buruk yang nantinya dapat ditiru
oleh siswa kita selaku generasi muda, pelanjut dan pemimpin masa depan kita nanti.
- (Malaqbi Kedzo), Menjaga perilaku santun seperti tidak melakukan bully atau perbuatan
kasar terhadap sesama, maksudnya bahwa dalam bertingkah laku dalam kehidupan
harus mencerminkan kearifan budaya lokal daerah itu sendiri yang menjadi aset
budaya nasional kita serta diselaraskan
dengan ajaran agama, sehingga segala tingkah laku kita bisa diterima di
masyarakat dan dapat dijadikan teladan buat orang lain terutama kepada generasi
muda milenial kita yang sudah dimasuki oleh peradaban asing yang bersifat global yang sewaktu-waktu bisa
menyerat mereka bertingkah laku yang melanggar budaya dan agama yang kita anut.
Adapula mengatur
cara, adab dan sikap dan tingkah laku dalam bergaul dalam lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat mulai dari cara duduk, biasanya dengan duduk bersila,
membungkukkan badan ketika lewat dikerumunan orang sambil mengucap permisi mau
lewat, saling memberi salam saat bertemu, membudayakan bersalaman saat masuk
atau keluar dari kelas maupun sekolah,
bersikap jujur misalnya dengan
kantin jujur, rajin belajar, rajin kerja tugas, disiplin dalam belajar dan
hadir di sekolah, dan lain-lain sehingga nantinya akan tercipta suatu
keharmonisan dalam lingkungan kelas
terutama pada lingkungan sekolah.
3. Namun, dalam penerapan budaya baik ini tentu akan berhadapan dengan
banyak tantangan. Tantangan globalisasi yang terus berkembang pesat semakin
mengikis penerapan Malaqbiq itu sendiri. Termasuk salah satunya adalah masih
kurangnya role model di lingkungan sekolah yang mampu menginspirasi, pun tata
tertib yang masih terkesan sekadar kertas/papan terpampang, tetapi kurang aksi.
dan adapun anak didik kita telah memasuki zaman milenial sehingga cara
berbicara, bersikap dan bertingkah laku sudah terkontaminasi dengan budaya
luhur bangsa ini. tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana
mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan
sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya bangsa.
Salah
satu solusi terbaik yang diharapkan adalah meningkatkan kesadaran sedini
mungkin yang tentu dimulai dari pendidik itu sendiri sebagai contoh dan penuntun
bagi peserta didik kearah lebih baik. dan yang paling terpenting ialah memulai
dari lingkungan keluarga dulu diajarkan bagaimana cara bertutur kata yang baik,
di sekolah dibiasakan lagi untuk tetap bertutur kata yang baik pula, kalau di
rumahnya anak didiknya tidak pernah mengajii bagi yang muslim maka di sekolah
diadakan mengaji bersama, selain itu juga jika di rumahnya tidak pernah shalat
maka di sekolah di adakan kegiatan shalat jama’ah bersama, di rumah tidak
dibiasakan salam dan salaman dengan orang tua, maka di sekolah sebelum
masuk/pulang sekolah selalu salaman dengan bapak/ibu gurunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar