Pelangi adalah gambaran dari perjalanan panjang pasca hujan. Terlihat
indah dengan aneka warna yang ditampilkannya. Sehingga tidak sedikit penulis
menganalogikan pelangi sebagai kebahagiaan yang tercipta pasca hujan. Dan hujan
dianalogikan sebagai bentuk kesedihan manusia dan segala bentuk keterpurukannya
pada kehidupan yang dijalani manusia. Berbicara tentang hujan yang dianalogikan
sebagai bentuk kesedihan, saya berpikir apakah ini adil. Bukankah fitrah hujan sendiri
adalah rahmat bagi seluruh alam. tapi berbicara tentang keadilan, bukankah
Allah itu Maha Adil.
Maka saya mencoba mencari gambaran lain mengapa manusia menganalogikan hujan sebagai bentuk atau symbol kesedihan bukan malah menjadikannya sebagai analogi yang indah, di mana hujan bermakna kebahagiaan. Maka kita bisa belajar bukan tentang fitrahnya sebagai rahmat bagi alam melainkan hujan juga memiliki gambaran khas yang bersimbiosis dengan kesedihan manusia. Letaknya di mana? Pada hasil olah emosi manusia bernama kesedihan yang kita sebut sebagai air mata, Sebagaimana hujan, Allah menggambarkannya sebagai air yang jatuh membasahi bumi. Maka keadilan yang dibawa oleh hujan dan kesedihan adalah sama-sama menghasilkan air.
Itulah manusia dengan segala kuasa yang diberikan untuknya, mampu mengolah alam menjadi karya-karya indah yang dinikmati oleh penikmat sastra sehingga penulisnya mampu menjadi mulia dengan karya, memperoleh rezeki financial dari oleh pikirnya. Bagaimana sekiranya jika setiap manusia mampu mengolah apa yang terjadi dalam kehidupannya menjadi sebuah pemahaman yang membuatnya mengenal bahkan lebih dekat kepada pencipta-Nya? Membuat manusia lain ikut berpikir tentang perihal yang terjadi adalah karena Allah ingin kita menuju-Nya. Insyaa Allah ..
Sepertinya surga begitu dekat. Right.
JIKA
Jika benar
Akui dan perbaiki diri
Jika tidak benar
Jadikan pengingat diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar